Bayang - Bayang Sebuah Memori
"Tutup
matamu dan mulailah merasa nyaman, ambil napas panjang dan lepaskan
perlahan. Konsentrasi pada nafasmu, di setiap tarikan nafas kau akan
merasa lebih nyaman. Bayangkan cahaya putih berada diatas kepalamu,
fokus pada cahaya itu dan biarkan mengalir kedalam tubuhmu. Biarkan
dirimu tenggelam lebih dalam
ke dalam pikiran yang paling nyaman.
Sekarang saat aku menghitung dari 10 hingga 1 kau akan merasa lebih
nyaman dan tenang. 10,9,8,7,6 kau akan masuk kedalam tempat dimana tak
ada yang bisa melukaimu. 5,4,3,2 jika kau ingin kembali yang harus kau
lakukan hanyalah membuka matamu 1"
Kata-kata
hypnoterapis membuatku terlelap. Kini aku dikelilingi cahaya yang
membuatku merasa nyaman. Tak ada ketakutan, tak ada rasa sakit. Pikiran
alam bawah sadarku tiba-tiba mulai berputar dan membuatku terjatuh
kedalam kehidupan di masa lalu. Tak ada yang terlihat nyata, aku mulai
merasa kehilangan arah ketika kabut menyelimutiku. Dan ketika ku
beranikan diri untuk melangkah lebih dekat. Perasaan aneh
menghampiriku, sesuatunya mulai terlihat dan aku merasa melihat diriku
sendiri di dalam layar. Aku bertemu wanita yang selalu datang dalam
mimpiku. Kini aku tahu dia bernama Victoria. Dia hanya tersenyum padaku
dan menghilang begitu saja. "Halo Victoria, senang bertemu denganmu
teman".
Aku membuka mataku dan kulihat pemandangan
rumah sang hypnoterapis. "Bagaimana keadaanmu Nicholas?" tanyanya. "Aku
baik-baik saja, terima kasih" jawabku. "Apa aku boleh kembali lagi
nanti" tanyaku. Dia tersenyum dan berkata "Tentu saja, silahkan datang
hingga kau merasa bebas dan nyaman". Aku tersenyum dan sang hypnoterapis
mengantarkanku hingga pintu depan.
Sensasi aneh pikiran
bawah sadarku, relaksasi tanpa sadar yang kualami seakan seperti mimpi
buruk yang indah. Aku tak sabar untuk segera melakukannya lagi. Setiap
kali ku tutup mataku, selalu ada kejutan, ada kehidupan lain yang seakan
menungguku. Namun sayang bagian akhir yang ingin kulihat selalu saja
menghilang. Kuputuskan untuk kembali kerumah hypnoterapis. Dan
kembali melakukan terapi itu. Sensasi yang sama itu membuatku nyaman.
Kini aku berada dirumah yang selalu ada dimimpiku.
Aku
masuk kedalam rumah itu, aku merasa sangat familiar dengan tempat ini
walau aku tak pernah datang kesini sebelumnya. Ada jalan terang yang
menunjukan sebuah kamar diujung tangga, udara dingin yang menusuk tulang
tak menghalangi tekadku untuk melangkah kesana. Kubuka pintu kamar itu
dan aku melihat Victoria di cermin. Wajahnya yang cantik dengan mata
indah mulai nampak. "Hei, bisakah kau memberitahuku, mengapa aku ada
disini ?" tanyaku padanya. Dia hanya diam membisu dicermin itu. Didalam
matanya
yang indah aku bisa menebak kalau ada yang sedang ia
sembunyikan. Dibalik wajah cantiknya ada sesuatu yang menghancurkan
hatinya. Tiba-tiba ia berkata " Malam ini aku sudah mencari, perasaan
yang merasuk dalam tubuhku. Malam ini aku telah mencari, sesuatu yang
aku tahu mencoba membebaskan diri. Aku tak bisa menolong diriku. Aku
merasa diriku keluar dari kepalaku. Dan membagi jiwaku menjadi dua ".
Apa maksudnya, apa arti kata-kata itu.
Tak sempat aku bertanya, dia kembali menghilang dan aku kembali ke
duniaku. Mataku terbuka ke dunia nyata. Victoria seakan terus
menyelimutiku bagai kabut yang bersinar. Kenapa harus aku? batinku
ketika di perjalanan pulang. Kenapa kehidupan lain itu terus
menghantuiku setiap hari?. Andai ku tahu cara kesana, aku akan kesana
dan mencari tahu. Jika kubisa aku ingin tinggal lebih lama untuk
mencari sesuatu yang aku sendiri tak tahu untuk apa. Ada sesuatu seperti
kunci yang hilang, untuk bisa membuka pintu pikiranku. Kini aku
terobsesi oleh misteri ini. Hari ini aku mencari, sesuatu yang tak mau
pergi dariku. hari ini aku mencari sesuatu yang kutahu ingin merasa
bebas. Aku tak bisa menolong diriku sendiri, aku merasa seperti diriku
dibagi dua. Sungguh aneh, deja vu yang aneh. Tapi aku tak peduli, aku
berharap bisa menemukan kebenarannya.
Semua yang ia
lihat, aku sudah melihatnya. Semua yang ia dengar sudah tergores dari
dulu di ingatanku. Seakan semuanya diucapkan melalui kata-kataku. Malam
ini aku tahu siapa aku dan apa hubunganku dengan Victoria. Hal itu ku
ketahui setelah ia datang kembali ke mimpiku malam ini. Apa yang aku
ambil adalah sesuatu yang ia tinggalkan. Aku merasa kami berbagi satu
keabadian dalam dua pikiran, yang terhubungkan oleh suatu benang tak
berujung yang tak mungkin diputuskan. Ya aku adalah reinkarnasi
Victoria. Meski sulit kuterima tapi tak bisa kupungkiri bahwa itu
benar-benar nyata. Aku duduk diatas kasur ini sambil melamunkan diriku.
Tapi misteri ini belum usai. Misteri mengapa ia menghantuiku. Dan aku
harus mencari tahu lebih banyak lagi mengenai hal ini.
Sendiri di malam yang dingin ini. Aku masih memikirkan diriku bahwa aku
adalah reinkarnasinya. Perasaan aneh itu terus menghantuiku. Aku ingin
menemukan jawaban atas misteri yang kuimpikan. Aku selalu mendengar
wanita menangis yang kini kutahu bahwa itu adalah suara Victoria. Tapi
apa sesungguhnya arti dari semua itu??.
Dengan perasaan bercampur
aduk, aku membanting pintu, dan memutuskan untuk menenangkan diri.
Kupacu mobilku menuju ke bukit tempat biasa ku merenung saat hatiku
gundah. Sampai di tempat itu kembali aku dikejutkan oleh pemandangan
aneh. Di sebelah vila milikku ternyata ada sebuah rumah, rumah yang sama
yang ada disetiap mimpi dan terapiku.
Aku memberanikan diri untuk masuk ke rumah itu. Aku bertemu dengan seorang tua yang kupikir bisa
kupercayai.
Dia terlihat kesepian. Aku memulai percakapan dengannya. Aku bertanya
padanya apakah dia mengenal gadis bernama Victoria. Dia bilang dia
mengenalnya lalu dia bertanya padaku "Nak tahukah kau bahwa gadis itu
terbunuh disini?" "Tragedi fatal ini sudah dibicarakan bertahun-tahun".
Melalui pertanyaan tadi aku tahu bahwa Victoria telah mati. Hanya
kenangannya yang bisa diceritakan oleh pria tua itu. Dia meninggal di
usia yang
sangat muda. Dia tewas tanpa cinta, tanpa harapan. Tak
ada kedamaian dalam pikirannya. Dia tewas secara brutal. Ketika malam
mulai larut Aku mulai bisa menemukan jalan untuk mempelajari tragedi
ini. Aku masih mencari jawaban atas misteri ini. Namun pria itu pergi
dan meninggalkanku sendirian. Namun melihatku
kebingungan berdiri
sendiri disana, dia kembali berkata padaku sebelum dia meninggalkan
rumah itu "Kau akan tahu kebenarannya saat masa lalumu terulang".
Kini aku tahu Victoria telah dibunuh. Entah bagaimana ceritanya. Namun
rumor itu masih beredar. Esok harinya aku yang masih kebingungan pergi
lagi ke tempat hypnoterapis. Aku ingin tahu kebenaran dari kematian
Victoria. Aku bertanya pada Hypnoterapis apa aku bisa tahu bagaimana
diriku yang dulu bisa mati. Diapun
menyanggupinya. "Sekarang saatnya mengetahui bagaimana kau mati. Tapi ingat kematian bukanlah akhir tapi
hanya sebuah transisi" . Kalimat itu yang kudengar terakhir kali sebelum aku terlelap.
Kembali aku berada diantara cahaya yang membawaku kembali lagi ke masa
lalu. Kali ini aku dibawa ke sebuah rumah yang sekali lagi sangat
familiar bagiku. Tak ada siapapun disitu. Aku hanya melihat sebuah koran
tergeletak di sebuah meja. Aku mengambil koran itu dan mulai
membacanya. Koran tahun 1928 ini memberitakan sebuah peristiwa
pembunuhan sadis.
HEADLINE
Pembunuhan, seorang gadis terbunuh. Dia ditembak di bukit Echo. Akhir
yang mengerikan pembunuhnya tewas, diduga dia bunuh diri. Seorang saksi
mendengar sebuah teriakan. Dia berlari dan menemukan seorang gadis
terbujur kaku di lantai. Di sampingnya berdiri seorang pria, gugup,
terguncang, pistol ada ditangannya.
Saksi tersebut berkata kalau
dia mencoba membantunya. Namun dia mengarahkan pistol pada dirinya
sendiri dan menarik pelatuknya. Tubuhnya jatuh disamping tubuh gadis
yang malang itu. Setelah berteriak sia-sia saksi
tersebut berlari
mencari bantuan. Sebuah akhir tragis untuk sebuah kisah cinta. Setelah
itu kami mencoba melakukan penyelidikan. Perbuatan mereka sudah terlalu
jauh. Gadis itu menginginkan cinta yang tulus. Namun pelaku punya
rencana lain. Dia terperangkap di jalan yang salah. Gadis itu sudah
membiarkan pelaku terpuruk. Menurut saksi gadis itu berkata " Aku tak
bisa mencintai pria jahat". Gadis itu mungkin bisa memaafkan si pelaku
jika ia berusaha untuk berubah. Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah
pertemuan mereka yang fatal sudah direncanakan??.
Ada banyak kejanggalan pada kejadian itu. Banyak bukti mengarah kesitu.
Saksi berkata kalau dia menemukan pisau lipat di tanah. Apakah korban
tidak waspada, apa ia tidak menyadarinya?. Kami melanjutkan penyelidikan
dan kami menemukan adanya surat di saku pelaku. Kami beranggapan bahwa
itu adalah surat bunuh diri yang sengaja ia tinggalkan.
Setelah selesai membaca koran ini aku tahu bahwa Victoria dibunuh oleh
kekasihnya sendiri. Dengan ini aku tahu bahwa Victoria menginginkan aku
untuk mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada malam pembunuhannya.
Sekarang tinggal beberapa potongan teka-teki yang harus kutemukan.
Secepatnya aku akan
membuat diriku terlepas dari kehidupan ini.
Pengembaraanku sudah sangat jauh sekarang. Apa yang sudah aku lalui
membuat diriku mengerti siapa diriku sebenarnya. Semua yang sudah
kupelajari telah membawaku melampaui kehidupan ini.
Aku
kembali terbangun dari terapiku. "Bagaimana apa kau sudah puas?" tanya
hypnnoterapis. "belum, tapi kini aku mulai mengerti, terima kasih". "Aku
akan datang lagi nanti" aku berkata untuk memberitahunya. "Ya, aku akan
selalu siap membantumu" jawabnya sambil mengantarku keluar dari
rumahnya.
Malam harinya, aku masih belum bisa tidur nyaman.
Malam itu kuputuskan kalau besok aku akan mencari tahu siapa Victoria
yang sebenarnya. Dan aku berharap bisa menemukan banyak petunjuk ketika
aku mengetahui siapa sebenarnya dia. Esok harinya aku berkelana mencari
tahu rumah Victoria. Kutemukan rumahnya namun penghuninya sudah bukan
keluarganya lagi. Akupun mencoba bertanya dimana aku bisa mengunjungi
kuburannya. Seorang pria menunjukan pemakaman yang tak jauh dari sini.
Aku segera memacu mobilku ke
pemakaman tersebut. Setelah mencari -
cari karena banyak sekali batu nisan disana. Akhirnya kutemukan nisan
bertuliskan Victoria Page.
Entah mengapa tiba-tiba
hatiku terasa disayat-sayat ketika ku menemukan makamnya. Di batu nisan
itu banyak pesan berisi kenangan tentang Victoria. Dari tulisan tersebut
aku tahu bahwa Victoria gadis muda bermata hijau kecoklatan yang indah
menawan. Selain cantik dia juga sangat ramah kepada semua orang
yang dikenalnya. Tapi kenapa?. Kenapa dia tak pernah diberi kesempatan.
Aku membayangkan dirinya ketika ia terbunuh. Dimalam bulan purnama
dia mengorbankan dirinya tanpa perlawanan. Korban dari keadaan. Sekarang
aku sadar dan setelah aku mengekspos tragedi ini, kesedihan merasuk
kedalam tubuhku. Semua ini terlihat tak adil baginya. Aku bisa
mempelajari hidup ini dengan memandang matanya. Banyak rumput yang
tumbuh disekitar makamnya. Aku kembali membaca tulisan yang ada di batu
nisannya. Kali ini aku merasa seperti akan mati lemas. Dia masih sangat
polos, mataku terbuka lebar. Aku merasa hampa sekarang dan air mataku
tiba-tiba menetes, karena aku merasa bagian dari diriku telah mati
bersama Victoria. Dan ketika bayangan Victoria merasuk ke dalam kepalaku
aku menangis seperti bayi. Dan kini aku tahu bagaimana rasanya. Rasanya
seperti kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Perasaanku bisa
merasakan apa yang dia rasakan. Dia tak pernah diberi pilihan.
Keputusasaan telah merenggut kebahagiaanya.
Ini terasa sungguh
tak adil. Aku sudah diberi banyak dalam hidup ini. Aku punya istri yang
setia, aku punya anak yang lucu, aku masih bisa bernafas diusiaku yang
sekarang. Sementara dia gadis yang polos, cantik, baik tak pernah bisa
mendapatkan kebahagiaan. Apakah itu adil?? Tanyaku pada diri sendiri.
Aku merasa menderita untuk terakhir kalinya karena berduka cita atas
dirinya. Aku pun mengucapkan selamat tinggal pada Victoria. Aku pergi
dari pemakaman itu.
Kejadian ini membuatku bisa melepaskan kesedihan masa laluku. Kini aku tahu siapa diriku sebelumnya.
Dalam
perjalananku untuk pulang aku terus memikirkan dirinya. Sekarang pintu
pikiranku telah terbuka lebar. Aku akan terus mencari tahu kebenarannya
agar dia damai di alam sana. Karena kedamaianya adalah kedamaianku juga.
Malam harinya aku masih dihantui Victoria. Namun dalam
mimipiku seakan dia menyuruhku untuk pergi ke rumah kekasihnya. Ketika
aku terbangun esok paginya,setelah pulang kerja aku langsung memacu
mobilku untuk mencari rumah kekasih Victoria. Dan tanpa terduga ternyata
rumah kekasihnya adalah rumah yang pernah aku kunjungi dalam terapiku.
Rumah dimana ada sebuah koran yang menceritakan pembunuhan Victoria. Aku
masuk ke rumah itu. Namun didalam rumah itu tak ada siapa-siapa. Aku
berdiri sendiri disana. Aku melihat-lihat
sekeliling. Ada kamar
bertuliskan Julian di pintunya aku masuk kesana. Tiba-tiba aku merasa
aneh. Perasaan aneh seperti yang kualami ketika melakukan terapi. Dan
tiba-tiba pemandangan kamar itu berubah. Dari yang
awalnya kotor
kosong, kini ada seorang pria muda yang wajahnya terlihat menderita.
Kamarnya berantakan disamping tempat tidurnya terdapat banyak minuman
keras. Bahkan ada beberapa pil obat yang terbungkus plastik ditempat
tidurnya. Dia meminum obat itudan dia terlihat senang. Aku mencoba
mendekat, ternyata dia
meminum obat-obatan terlarang. Apakah dia
pria yang dicintai Victoria yang sekaligus membunuhnya. Kini aku
mengerti mengapa Victoria menyampakkannya. Kelakuannya inilah yang
membuat siapapun tak betah bersamanya.
Tiba-tiba pria kurus
itu berbicara sendiri. "Victoria maafkan aku. Obat-obatan itu membuatku
melayang. Diriku terikat oleh itu dan aku terlalu lemah. Nestapa ini
begitu abadi. Sisi burukku telah menjatuhkanku. Tolong aku tak bisa
keluar dari cengkraman kebiasaan ini. Tolong keluarkan aku. Aku ingin
berhenti'' katanya sambil
memegang foto gadis yg kutahu itu
adalah Victoria. "Tolong hentikan ini, aku ingin berhenti." . Lalu dia
mengobrak-abrik semua minuman dan obat yang ada dikamarnya. Aku berpikir
kalau dia ingin menghentikan kecanduannya. Apakah ia berhasil? Apakah
itu yang membuat Victoria mau menemuinya lagi? .
Kembali pemandangan berubah aku terjatuh dan diseret ke kamar lainnya. Kamar yang ini bersih berbanding
terbalik
dengan kamar Julian. Di pintunya tertulis nama Edward. Di kamar itu ada
seorang pria yang cukup tampan dan sepertinya dia kakak dari Julian.
Dari arah belakangku seorang gadis masuk sambil menangis. Gadis itu
Victoria. Dia menemui Edward dan dan duduk disampingnya. Edward berkata
pada Victoria "Akan ada cinta baru yang lahir untuk setiap sesuatu yang
telah mati". Victoria terlihat bahagia, ketika bersamanya. Apakah
Victoria jatuh cinta padanya?.
Pemandangan kembali
berubah. kali ini aku masih tetap di kamar Edward. Namun kamarnya sudah
kosong. Hanya ada sebuah buku. Pikiranku yang penasaran menyuruhku untuk
membaca isi buku itu. Kulihat sampulnya. Disitu tertulis "Milik Edward
Baynes" Aku membukanya hanya ada beberapa lembar yang berisi tulisan.
Berikut tulisannya
Aku tak pernah berpikir kalau aku
bisa melanjutkan hidup ini . Tapi aku bisa melawan diriku sendiri. Tak
peduli seberat apapun ku mencoba. Menjalani hidup mereka adalah membuat
mereka tak tahu dimana mereka berada. Aku ingin menjadikannya istriku.
Godaan manisnya membuatku terpanggil untuk pulang. Pulang ke rumah
dimana aku melakukannya. Rumahku adalah tempat dia seharusnya berada.
Kecanduan yang dialami Julian berarti banyak untukku. Meski harus menipu
saudaraku sendiri. Victoria menatapku dan tersenyum padaku. Dia
membawaku pulang ke rumah. Kumohon tolong, Julian saudaraku tapi aku
mencintai Victoria. aku tak bisa terlepas dari sentuhannya. Penipuan,
memalukan. Itulah yang membawaku kembali ke rumahku
Itulah tulisan yang ada pada buku itu. Jadi Victoria berselingkuh
dengan Edward, saudaranya sendiri ia curangi. Cinta segitiga yang
berakhir tragis pikirku. Ya aku mulai mengerti kisah Victoria inilah
kuncinya yang akan membuka teka-teki yang ada di mimpiku. Memecahkan
misteri ini adalah segalanya. Karena itu sudah menjadi bagian hidupku.
Tolong, obesesi ini membuatku tak bisa lepas dari Victoria. Aku keluar
dari kamar itu tanpa ragu. Aku tahu rumah ini menyimpan banyak cerita.
Aku kembali ke ruang tengah.
Hal ini belum cukup untuk mengakhiri semua ini. Dari semua bukti yang terkumpul. Ada seseuatu
yang masih hilang. Beberapaa rumor yang beredarpun belum bisa
membantuku. Apakah Victoria menyakitinya? Apakah dia benar-benar
menyampakkannya?. Tiba - tiba Victoria berkata dari dalam kepalaku
"Terakhir kalinya kita akan terbaring hari ini. Terakhir kalinya hingga
kita mulai memudar" kembali kata-kata tak berarti keluar dari
mulutnya aku sama sekali tak mengerti artinya. Apa yang ia maksud untuk terakhir kalinya?
Aku masih berada di rumah Julian. Disini banyak menyimpan petunjuk atas
kecurigaanku. Banyak yang masih belum ku mengerti dari kisah cinta
segitiga ini. Apakah benar Victoria terbunuh seperti yang diberitakan di
koran?. Aku masih berdiri di ruang tengah dan kembali aku disuguhi
pemandangan yang terus berubah. Entah ini
semua hanya bayanganku
saja atau Victoria mencoba membantuku dari dalam diriku. Sekarang aku
disuguhi sesuatu yang sudah kuketahui. Sesuatu yang selalu kualami.
Kejadian yang kebetulan ini tak bisa kupercaya . Bagai mimpi masa
kecilku perlahan menjadi nyata. Apakah ini ingatan Victoria ? Kenapa
semuanya serba sama, apa karena aku reinkarnasinya?
Pemandangan kembali berubah. Rumah ini kembali ke kehidupan di tahun
1928. Sebuah pintu terbuka. Aku berjalan melalui pintu itu dan kembali
aku masuk ke kamar Julian. Kedinginan kembali merasuk kedalam tubuhhku
dan dinginnya sama seperti udara diluar sana. Tiba-tiba tembok kamar
tersebut menghilang. Kudengar suara seorang gadis berteriak dan seorang
pria memohon pengampunan. Namun kata-katanya tak bisa kudengar.
Akupunterjatuh dan tak sadarkan diri.
Dalam
ketidaksadaranku aku bertemu Victoria. Namun kali ini ia duduk
disampingku. "Dari mana kita berasal? kemana kita akan pergi saat kita
mati? Apa ini sudah ditakdirkan?" tanyaku pada Victoria. Dia masih diam.
Mulutku tak mau berhennti bicara "Banyak orang bilang hidup ini
singkat. Sekarang dan disini dan kita
cuma diberi satu kesempatan
benarkah itu Victoria?" kali ini Victoria menjawab "Kini kau sudah
mengerti semuanya. Aku akhirnya bisa merasakan kedamaian sekarang,
Terima kasih Nicholas". Aku hanya diam mendengar jawaban Victoria. Tapi
aku bersyukur karena dia merasa damai sekarang. Namun entah mengapa
diriku merasa seakan-akan kehilangan sesuatu yang sudah menjadi bagian
hidupku. Tiba-tiba Victoria berkata lagi "Tegarlah, beranilah, jangan
menangisiku, karena aku takkan lama disini. Tapi kumohon jangan pernah
lupakan kenangan tentang diriku " setelah mengucapkkan itu dia
menghilang dan aku terbangun.
Akhirnya aku sadar bahwa Victoria sudah tenang disana. Berkat dia kini aku tak takut lagi pada
kematian.
Karena aku percaya walaupun aku mati. Jiwaku akan selalu hidup. Mungkin
aku takkan pernah menemukan jawaban dari semua misteri ini. Aku mungkin
tak mengerti kenapa ini terjadi. Aku mungkin takkan pernah bisa
membuktikan apa yang aku tahu. Tapi aku tahu aku masih bisa mencoba. Aku
tahu Victoria nyata.
Dan akhirnya sekarang dia bisa merasakan
kedamaian. Pikiranku yang selalu bertanya telah membantuku menemukan
arti kehidupan ini. Dan sekarang aku disini. Semuanya sempurna sudah.
Sekarang aku tinggal mencari kebenaran dari semua ini. Victoria sudah
damai disana. Sekarang tinggal mencari kedamaian dalam diriku.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk pergi ke rumah hypnoterapis. "Aku
ingin bebas dari semua ini. Tapi aku ingin tahu kebenaran dan maksud
dari semua ini. Kumohon bawa aku ke peristiwa itu" pintaku pada
hypnoterapis.
"Baiklah aku akan menolongmu Nicholas, tapi kau
harus benar-benar fokus pada keinginanmu". Akupun memejamkan mataku. Aku
ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Walau aku tahu Victoria
takkan menghantuiku lagi. Tapi aku ingin tahu kebenarannya. Apakah
kejadiannya benar benar sama seperti yang
dituliskan dikoran. Karena menurutku kisah itu banyak kejanggalannya.
"Kau kembali dikelilingi oleh cahaya putih. Biarkan dirimu melepaskan
diri dari masa lalu dan menuju ke kehidupan sekarang. Ketika aku
menyuruhmu membuka mata. Kau akan kembali ke masa kini, merasa damai dan
segar. Buka matamu Nicholas" Aku terbangun untuk kesekian kalinya.
"Bagaimana, kau sudah mengetahui
kebenarannya?" tanya sang
hypnoterapis. "Ya, terima kasih banyak" jawabku singkat. Aku pulang
dengan perasaan lega. Karena akhirnya aku mengetahui kebenarannya.
Ternyata aku benar, koran itu sudah menceritakan hal yang salah. Aku
mengendarai mobilku dan peristiwa sadis itu masih terbayang di
pikiranku. Inilah kejadian yang sebenarnya terjadi pada Victoria.
.....Setelah mataku terpejam, kembali cahaya putih membawaku kedalam
kenyamanan. Aku kembali ke masa lalu dan kali ini aku melihat Victoria
terlihat bahagia. Dia memegang surat yang bertuliskan, "Ya aku juga
masih
mencintaimu, bisakah kita bertemu di bukit tempat pertama
kita bertemu? JULIAN ". Victoria berlari keluar rumahnya dan menuju ke
tempat mereka pertama kali bertemu. Mereka bertemu secara rahasia.
Mereka bertemu di rumah yang berada disamping vilaku pada masa kini.
Tanpa mereka ketahui seseorang yang
marah dan terbakar cemburu tahu mereka bertemu. Edward datang membawa pistol. Mereka berdua terkejut.
Julian
saking terkejutnya sampai ia menjatuhkan botol minuman dari saku
jaketnya. Edward langsung mengarahkan pistol pada Julian. "Kakak apa
yang kau lakukan?". "Kau masih belum sadar
Julian. Dan aku harus
menyadarkanmu". Edward berkata tenang. "Maafkan aku kak, aku sudah
hampir berubah" jawab Julian. "Edward hentikan itu"rengek Victoria. "Kau
lebih memillih dia daripada aku, aku yang selalu ada untukmu ketika kau
menangis. Dan kau lebih memilih pria yang tak tahu terima kasih ini?"
bentak Edward.
"Maafkan aku Edward, tapi hatiku sudah menjadi
millik Julian. Aku tak mau menghianatinya" Kata Victoria hampir saja air
mata keluar dari mata indahnya. "Kakak sadarlah aku ini adikmu" pinta
Julian. "DOOR" !!! Edward menembak Julian namun meleset. Edward kembali
mengarahkan pistol pada Julian sambil berkata "Ya adik yang tidak tahu
terima kasih" . Julian lari ke pojok kamar dan melemparkan barang-barang
yangg ada pada Edward . Dia mengeluarkan pisau lipat dan melemparkannya
pada Edward. Sementara itu Victoria hanya bisa
menangis dan
menutupi matanya. Edward terkena lemparan pisau Julian. Tangannya
berdarah. Dia semakin marah dan tanpa ampun menembak Julian dua kali
tepat didadanya "DOOR DOOR" Julian jatuh ke lantai.
Victoria
berteriak. Edward menghampiri Victoria sambil berkata "Buka matamu,
Victoria" suara pistol kembali terdengar. Victoria terjatuh ke lantai
disamping Julian. Edward terlihat kebingungan. Tiba-tiba dia mengambil
kertas dan menuliskan sesuatu lalu ia selipkan ke saku Julian. "Dengan
surat ini kau akan terlihat tanpa
harapan dan kehilangan".
Bisiknya pada Julian yang sekarat. Lalu dia memegangkan pistol milliknya
ke tangan Julian. Lalu ia berlari keluar dan melakukan perannya sebagai
saksi seperti yang tertulis di koran. Setelah Edward pergi Julian yang
sekarat dengan sisa tenaganya mendekati mayat Victoria dan berbisik
padanya "Terakhir kalinya kita terbaring hari ini. Terakhir kalinya
hingga kita memudar". Dia mengatakan kata-kata yang Victoria ucapkan
pada diriku, kini aku tahu maksudnya. Dia meneteskan air matanya dan
menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ketika tubuh mereka
terbaring dan akhirpun mulai mendekat. Kulihat arwah mereka terbang ke
angkasa. Mereka terlihat bahagia. Semua yang mereka takutkan menghilang.
Dan semuanya kini menjadi jelas. Titik buram kini menjadi terang. Jiwa
yang lama digantikan. Suara yang familiar terdengar....
Itulah kejadian yang sebenarnya terjadi pada Victoria. Aku mungkin
tak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Namun dengan mengetahui hal
ini. Rasa penasaranku terjawab. Kutemukan hidupku kembali. Aku akhirnya
bebas sekarang. Aku bisa mempelajari hidupku dengan melihatmu Victoria.
Terima kasih dan semoga
kita bertemu lagi suatu hari nanti. Aku
mengendarai mobilku dengan nyaman. Aku sampai dirumah dan membaringkan
tubuhku di sofa. Kuputar lagu dan mulai merasakan hidup bebasku.