Bayang - Bayang Sebuah Memori
"Tutup matamu dan mulailah merasa nyaman, ambil napas panjang dan lepaskan perlahan. Konsentrasi pada nafasmu, di setiap tarikan nafas kau akan merasa lebih nyaman. Bayangkan cahaya putih berada diatas kepalamu, fokus pada cahaya itu dan biarkan mengalir kedalam tubuhmu. Biarkan dirimu tenggelam lebih dalam
ke dalam pikiran yang paling nyaman. Sekarang saat aku menghitung dari 10 hingga 1 kau akan merasa lebih nyaman dan tenang. 10,9,8,7,6 kau akan masuk kedalam tempat dimana tak ada yang bisa melukaimu. 5,4,3,2 jika kau ingin kembali yang harus kau lakukan hanyalah membuka matamu 1"
Kata-kata hypnoterapis membuatku terlelap. Kini aku dikelilingi cahaya yang membuatku merasa nyaman. Tak ada ketakutan, tak ada rasa sakit. Pikiran alam bawah sadarku tiba-tiba mulai berputar dan membuatku terjatuh kedalam kehidupan di masa lalu. Tak ada yang terlihat nyata, aku mulai merasa kehilangan arah ketika kabut menyelimutiku. Dan ketika ku beranikan diri untuk melangkah lebih dekat. Perasaan aneh menghampiriku, sesuatunya mulai terlihat dan aku merasa melihat diriku sendiri di dalam layar. Aku bertemu wanita yang selalu datang dalam mimpiku. Kini aku tahu dia bernama Victoria. Dia hanya tersenyum padaku dan menghilang begitu saja. "Halo Victoria, senang bertemu denganmu teman".
Aku membuka mataku dan kulihat pemandangan rumah sang hypnoterapis. "Bagaimana keadaanmu Nicholas?" tanyanya. "Aku baik-baik saja, terima kasih" jawabku. "Apa aku boleh kembali lagi nanti" tanyaku. Dia tersenyum dan berkata "Tentu saja, silahkan datang hingga kau merasa bebas dan nyaman". Aku tersenyum dan sang hypnoterapis mengantarkanku hingga pintu depan.
Sensasi aneh pikiran bawah sadarku, relaksasi tanpa sadar yang kualami seakan seperti mimpi buruk yang indah. Aku tak sabar untuk segera melakukannya lagi. Setiap kali ku tutup mataku, selalu ada kejutan, ada kehidupan lain yang seakan menungguku. Namun sayang bagian akhir yang ingin kulihat selalu saja menghilang. Kuputuskan untuk kembali kerumah hypnoterapis. Dan kembali melakukan terapi itu. Sensasi yang sama itu membuatku nyaman. Kini aku berada dirumah yang selalu ada dimimpiku.
Aku masuk kedalam rumah itu, aku merasa sangat familiar dengan tempat ini walau aku tak pernah datang kesini sebelumnya. Ada jalan terang yang menunjukan sebuah kamar diujung tangga, udara dingin yang menusuk tulang tak menghalangi tekadku untuk melangkah kesana. Kubuka pintu kamar itu dan aku melihat Victoria di cermin. Wajahnya yang cantik dengan mata indah mulai nampak. "Hei, bisakah kau memberitahuku, mengapa aku ada disini ?" tanyaku padanya. Dia hanya diam membisu dicermin itu. Didalam matanya
yang indah aku bisa menebak kalau ada yang sedang ia sembunyikan. Dibalik wajah cantiknya ada sesuatu yang menghancurkan hatinya. Tiba-tiba ia berkata " Malam ini aku sudah mencari, perasaan yang merasuk dalam tubuhku. Malam ini aku telah mencari, sesuatu yang aku tahu mencoba membebaskan diri. Aku tak bisa menolong diriku. Aku merasa diriku keluar dari kepalaku. Dan membagi jiwaku menjadi dua ".
Apa maksudnya, apa arti kata-kata itu.
Tak sempat aku bertanya, dia kembali menghilang dan aku kembali ke duniaku. Mataku terbuka ke dunia nyata. Victoria seakan terus menyelimutiku bagai kabut yang bersinar. Kenapa harus aku? batinku ketika di perjalanan pulang. Kenapa kehidupan lain itu terus menghantuiku setiap hari?. Andai ku tahu cara kesana, aku akan kesana dan mencari tahu. Jika kubisa aku ingin tinggal lebih lama untuk mencari sesuatu yang aku sendiri tak tahu untuk apa. Ada sesuatu seperti kunci yang hilang, untuk bisa membuka pintu pikiranku. Kini aku terobsesi oleh misteri ini. Hari ini aku mencari, sesuatu yang tak mau pergi dariku. hari ini aku mencari sesuatu yang kutahu ingin merasa bebas. Aku tak bisa menolong diriku sendiri, aku merasa seperti diriku dibagi dua. Sungguh aneh, deja vu yang aneh. Tapi aku tak peduli, aku berharap bisa menemukan kebenarannya.
Semua yang ia lihat, aku sudah melihatnya. Semua yang ia dengar sudah tergores dari dulu di ingatanku. Seakan semuanya diucapkan melalui kata-kataku. Malam ini aku tahu siapa aku dan apa hubunganku dengan Victoria. Hal itu ku ketahui setelah ia datang kembali ke mimpiku malam ini. Apa yang aku ambil adalah sesuatu yang ia tinggalkan. Aku merasa kami berbagi satu keabadian dalam dua pikiran, yang terhubungkan oleh suatu benang tak berujung yang tak mungkin diputuskan. Ya aku adalah reinkarnasi Victoria. Meski sulit kuterima tapi tak bisa kupungkiri bahwa itu benar-benar nyata. Aku duduk diatas kasur ini sambil melamunkan diriku. Tapi misteri ini belum usai. Misteri mengapa ia menghantuiku. Dan aku harus mencari tahu lebih banyak lagi mengenai hal ini.
Sendiri di malam yang dingin ini. Aku masih memikirkan diriku bahwa aku adalah reinkarnasinya. Perasaan aneh itu terus menghantuiku. Aku ingin menemukan jawaban atas misteri yang kuimpikan. Aku selalu mendengar wanita menangis yang kini kutahu bahwa itu adalah suara Victoria. Tapi apa sesungguhnya arti dari semua itu??.
Dengan perasaan bercampur aduk, aku membanting pintu, dan memutuskan untuk menenangkan diri. Kupacu mobilku menuju ke bukit tempat biasa ku merenung saat hatiku gundah. Sampai di tempat itu kembali aku dikejutkan oleh pemandangan aneh. Di sebelah vila milikku ternyata ada sebuah rumah, rumah yang sama yang ada disetiap mimpi dan terapiku.
Aku memberanikan diri untuk masuk ke rumah itu. Aku bertemu dengan seorang tua yang kupikir bisa
kupercayai. Dia terlihat kesepian. Aku memulai percakapan dengannya. Aku bertanya padanya apakah dia mengenal gadis bernama Victoria. Dia bilang dia mengenalnya lalu dia bertanya padaku "Nak tahukah kau bahwa gadis itu terbunuh disini?" "Tragedi fatal ini sudah dibicarakan bertahun-tahun". Melalui pertanyaan tadi aku tahu bahwa Victoria telah mati. Hanya kenangannya yang bisa diceritakan oleh pria tua itu. Dia meninggal di usia yang
sangat muda. Dia tewas tanpa cinta, tanpa harapan. Tak ada kedamaian dalam pikirannya. Dia tewas secara brutal. Ketika malam mulai larut Aku mulai bisa menemukan jalan untuk mempelajari tragedi ini. Aku masih mencari jawaban atas misteri ini. Namun pria itu pergi dan meninggalkanku sendirian. Namun melihatku
kebingungan berdiri sendiri disana, dia kembali berkata padaku sebelum dia meninggalkan rumah itu "Kau akan tahu kebenarannya saat masa lalumu terulang".
Kini aku tahu Victoria telah dibunuh. Entah bagaimana ceritanya. Namun rumor itu masih beredar. Esok harinya aku yang masih kebingungan pergi lagi ke tempat hypnoterapis. Aku ingin tahu kebenaran dari kematian Victoria. Aku bertanya pada Hypnoterapis apa aku bisa tahu bagaimana diriku yang dulu bisa mati. Diapun
menyanggupinya. "Sekarang saatnya mengetahui bagaimana kau mati. Tapi ingat kematian bukanlah akhir tapi
hanya sebuah transisi" . Kalimat itu yang kudengar terakhir kali sebelum aku terlelap.
Kembali aku berada diantara cahaya yang membawaku kembali lagi ke masa lalu. Kali ini aku dibawa ke sebuah rumah yang sekali lagi sangat familiar bagiku. Tak ada siapapun disitu. Aku hanya melihat sebuah koran tergeletak di sebuah meja. Aku mengambil koran itu dan mulai membacanya. Koran tahun 1928 ini memberitakan sebuah peristiwa pembunuhan sadis.
HEADLINE
Pembunuhan, seorang gadis terbunuh. Dia ditembak di bukit Echo. Akhir yang mengerikan pembunuhnya tewas, diduga dia bunuh diri. Seorang saksi mendengar sebuah teriakan. Dia berlari dan menemukan seorang gadis terbujur kaku di lantai. Di sampingnya berdiri seorang pria, gugup, terguncang, pistol ada ditangannya.
Saksi tersebut berkata kalau dia mencoba membantunya. Namun dia mengarahkan pistol pada dirinya sendiri dan menarik pelatuknya. Tubuhnya jatuh disamping tubuh gadis yang malang itu. Setelah berteriak sia-sia saksi
tersebut berlari mencari bantuan. Sebuah akhir tragis untuk sebuah kisah cinta. Setelah itu kami mencoba melakukan penyelidikan. Perbuatan mereka sudah terlalu jauh. Gadis itu menginginkan cinta yang tulus. Namun pelaku punya rencana lain. Dia terperangkap di jalan yang salah. Gadis itu sudah membiarkan pelaku terpuruk. Menurut saksi gadis itu berkata " Aku tak bisa mencintai pria jahat". Gadis itu mungkin bisa memaafkan si pelaku jika ia berusaha untuk berubah. Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah pertemuan mereka yang fatal sudah direncanakan??.
Ada banyak kejanggalan pada kejadian itu. Banyak bukti mengarah kesitu. Saksi berkata kalau dia menemukan pisau lipat di tanah. Apakah korban tidak waspada, apa ia tidak menyadarinya?. Kami melanjutkan penyelidikan dan kami menemukan adanya surat di saku pelaku. Kami beranggapan bahwa itu adalah surat bunuh diri yang sengaja ia tinggalkan.
Setelah selesai membaca koran ini aku tahu bahwa Victoria dibunuh oleh kekasihnya sendiri. Dengan ini aku tahu bahwa Victoria menginginkan aku untuk mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada malam pembunuhannya. Sekarang tinggal beberapa potongan teka-teki yang harus kutemukan. Secepatnya aku akan
membuat diriku terlepas dari kehidupan ini. Pengembaraanku sudah sangat jauh sekarang. Apa yang sudah aku lalui membuat diriku mengerti siapa diriku sebenarnya. Semua yang sudah kupelajari telah membawaku melampaui kehidupan ini.
Aku kembali terbangun dari terapiku. "Bagaimana apa kau sudah puas?" tanya hypnnoterapis. "belum, tapi kini aku mulai mengerti, terima kasih". "Aku akan datang lagi nanti" aku berkata untuk memberitahunya. "Ya, aku akan selalu siap membantumu" jawabnya sambil mengantarku keluar dari rumahnya.
Malam harinya, aku masih belum bisa tidur nyaman. Malam itu kuputuskan kalau besok aku akan mencari tahu siapa Victoria yang sebenarnya. Dan aku berharap bisa menemukan banyak petunjuk ketika aku mengetahui siapa sebenarnya dia. Esok harinya aku berkelana mencari tahu rumah Victoria. Kutemukan rumahnya namun penghuninya sudah bukan keluarganya lagi. Akupun mencoba bertanya dimana aku bisa mengunjungi kuburannya. Seorang pria menunjukan pemakaman yang tak jauh dari sini. Aku segera memacu mobilku ke
pemakaman tersebut. Setelah mencari - cari karena banyak sekali batu nisan disana. Akhirnya kutemukan nisan bertuliskan Victoria Page.
Entah mengapa tiba-tiba hatiku terasa disayat-sayat ketika ku menemukan makamnya. Di batu nisan itu banyak pesan berisi kenangan tentang Victoria. Dari tulisan tersebut aku tahu bahwa Victoria gadis muda bermata hijau kecoklatan yang indah menawan. Selain cantik dia juga sangat ramah kepada semua orang
yang dikenalnya. Tapi kenapa?. Kenapa dia tak pernah diberi kesempatan.
Aku membayangkan dirinya ketika ia terbunuh. Dimalam bulan purnama dia mengorbankan dirinya tanpa perlawanan. Korban dari keadaan. Sekarang aku sadar dan setelah aku mengekspos tragedi ini, kesedihan merasuk kedalam tubuhku. Semua ini terlihat tak adil baginya. Aku bisa mempelajari hidup ini dengan memandang matanya. Banyak rumput yang tumbuh disekitar makamnya. Aku kembali membaca tulisan yang ada di batu nisannya. Kali ini aku merasa seperti akan mati lemas. Dia masih sangat polos, mataku terbuka lebar. Aku merasa hampa sekarang dan air mataku tiba-tiba menetes, karena aku merasa bagian dari diriku telah mati bersama Victoria. Dan ketika bayangan Victoria merasuk ke dalam kepalaku aku menangis seperti bayi. Dan kini aku tahu bagaimana rasanya. Rasanya seperti kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Perasaanku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Dia tak pernah diberi pilihan. Keputusasaan telah merenggut kebahagiaanya.
Ini terasa sungguh tak adil. Aku sudah diberi banyak dalam hidup ini. Aku punya istri yang setia, aku punya anak yang lucu, aku masih bisa bernafas diusiaku yang sekarang. Sementara dia gadis yang polos, cantik, baik tak pernah bisa mendapatkan kebahagiaan. Apakah itu adil?? Tanyaku pada diri sendiri. Aku merasa menderita untuk terakhir kalinya karena berduka cita atas dirinya. Aku pun mengucapkan selamat tinggal pada Victoria. Aku pergi dari pemakaman itu.
Kejadian ini membuatku bisa melepaskan kesedihan masa laluku. Kini aku tahu siapa diriku sebelumnya.
Dalam perjalananku untuk pulang aku terus memikirkan dirinya. Sekarang pintu pikiranku telah terbuka lebar. Aku akan terus mencari tahu kebenarannya agar dia damai di alam sana. Karena kedamaianya adalah kedamaianku juga.
Malam harinya aku masih dihantui Victoria. Namun dalam mimipiku seakan dia menyuruhku untuk pergi ke rumah kekasihnya. Ketika aku terbangun esok paginya,setelah pulang kerja aku langsung memacu mobilku untuk mencari rumah kekasih Victoria. Dan tanpa terduga ternyata rumah kekasihnya adalah rumah yang pernah aku kunjungi dalam terapiku. Rumah dimana ada sebuah koran yang menceritakan pembunuhan Victoria. Aku masuk ke rumah itu. Namun didalam rumah itu tak ada siapa-siapa. Aku berdiri sendiri disana. Aku melihat-lihat
sekeliling. Ada kamar bertuliskan Julian di pintunya aku masuk kesana. Tiba-tiba aku merasa aneh. Perasaan aneh seperti yang kualami ketika melakukan terapi. Dan tiba-tiba pemandangan kamar itu berubah. Dari yang
awalnya kotor kosong, kini ada seorang pria muda yang wajahnya terlihat menderita. Kamarnya berantakan disamping tempat tidurnya terdapat banyak minuman keras. Bahkan ada beberapa pil obat yang terbungkus plastik ditempat tidurnya. Dia meminum obat itudan dia terlihat senang. Aku mencoba mendekat, ternyata dia
meminum obat-obatan terlarang. Apakah dia pria yang dicintai Victoria yang sekaligus membunuhnya. Kini aku mengerti mengapa Victoria menyampakkannya. Kelakuannya inilah yang membuat siapapun tak betah bersamanya.
Tiba-tiba pria kurus itu berbicara sendiri. "Victoria maafkan aku. Obat-obatan itu membuatku melayang. Diriku terikat oleh itu dan aku terlalu lemah. Nestapa ini begitu abadi. Sisi burukku telah menjatuhkanku. Tolong aku tak bisa keluar dari cengkraman kebiasaan ini. Tolong keluarkan aku. Aku ingin berhenti'' katanya sambil
memegang foto gadis yg kutahu itu adalah Victoria. "Tolong hentikan ini, aku ingin berhenti." . Lalu dia mengobrak-abrik semua minuman dan obat yang ada dikamarnya. Aku berpikir kalau dia ingin menghentikan kecanduannya. Apakah ia berhasil? Apakah itu yang membuat Victoria mau menemuinya lagi? .
Kembali pemandangan berubah aku terjatuh dan diseret ke kamar lainnya. Kamar yang ini bersih berbanding
terbalik dengan kamar Julian. Di pintunya tertulis nama Edward. Di kamar itu ada seorang pria yang cukup tampan dan sepertinya dia kakak dari Julian. Dari arah belakangku seorang gadis masuk sambil menangis. Gadis itu Victoria. Dia menemui Edward dan dan duduk disampingnya. Edward berkata pada Victoria "Akan ada cinta baru yang lahir untuk setiap sesuatu yang telah mati". Victoria terlihat bahagia, ketika bersamanya. Apakah Victoria jatuh cinta padanya?.
Pemandangan kembali berubah. kali ini aku masih tetap di kamar Edward. Namun kamarnya sudah kosong. Hanya ada sebuah buku. Pikiranku yang penasaran menyuruhku untuk membaca isi buku itu. Kulihat sampulnya. Disitu tertulis "Milik Edward Baynes" Aku membukanya hanya ada beberapa lembar yang berisi tulisan. Berikut tulisannya
Aku tak pernah berpikir kalau aku bisa melanjutkan hidup ini . Tapi aku bisa melawan diriku sendiri. Tak peduli seberat apapun ku mencoba. Menjalani hidup mereka adalah membuat mereka tak tahu dimana mereka berada. Aku ingin menjadikannya istriku. Godaan manisnya membuatku terpanggil untuk pulang. Pulang ke rumah dimana aku melakukannya. Rumahku adalah tempat dia seharusnya berada. Kecanduan yang dialami Julian berarti banyak untukku. Meski harus menipu saudaraku sendiri. Victoria menatapku dan tersenyum padaku. Dia membawaku pulang ke rumah. Kumohon tolong, Julian saudaraku tapi aku mencintai Victoria. aku tak bisa terlepas dari sentuhannya. Penipuan, memalukan. Itulah yang membawaku kembali ke rumahku
Itulah tulisan yang ada pada buku itu. Jadi Victoria berselingkuh dengan Edward, saudaranya sendiri ia curangi. Cinta segitiga yang berakhir tragis pikirku. Ya aku mulai mengerti kisah Victoria inilah kuncinya yang akan membuka teka-teki yang ada di mimpiku. Memecahkan misteri ini adalah segalanya. Karena itu sudah menjadi bagian hidupku. Tolong, obesesi ini membuatku tak bisa lepas dari Victoria. Aku keluar dari kamar itu tanpa ragu. Aku tahu rumah ini menyimpan banyak cerita. Aku kembali ke ruang tengah.
Hal ini belum cukup untuk mengakhiri semua ini. Dari semua bukti yang terkumpul. Ada seseuatu
yang masih hilang. Beberapaa rumor yang beredarpun belum bisa membantuku. Apakah Victoria menyakitinya? Apakah dia benar-benar menyampakkannya?. Tiba - tiba Victoria berkata dari dalam kepalaku "Terakhir kalinya kita akan terbaring hari ini. Terakhir kalinya hingga kita mulai memudar" kembali kata-kata tak berarti keluar dari
mulutnya aku sama sekali tak mengerti artinya. Apa yang ia maksud untuk terakhir kalinya?
Aku masih berada di rumah Julian. Disini banyak menyimpan petunjuk atas kecurigaanku. Banyak yang masih belum ku mengerti dari kisah cinta segitiga ini. Apakah benar Victoria terbunuh seperti yang diberitakan di koran?. Aku masih berdiri di ruang tengah dan kembali aku disuguhi pemandangan yang terus berubah. Entah ini
semua hanya bayanganku saja atau Victoria mencoba membantuku dari dalam diriku. Sekarang aku disuguhi sesuatu yang sudah kuketahui. Sesuatu yang selalu kualami. Kejadian yang kebetulan ini tak bisa kupercaya . Bagai mimpi masa kecilku perlahan menjadi nyata. Apakah ini ingatan Victoria ? Kenapa semuanya serba sama, apa karena aku reinkarnasinya?
Pemandangan kembali berubah. Rumah ini kembali ke kehidupan di tahun 1928. Sebuah pintu terbuka. Aku berjalan melalui pintu itu dan kembali aku masuk ke kamar Julian. Kedinginan kembali merasuk kedalam tubuhhku dan dinginnya sama seperti udara diluar sana. Tiba-tiba tembok kamar tersebut menghilang. Kudengar suara seorang gadis berteriak dan seorang pria memohon pengampunan. Namun kata-katanya tak bisa kudengar. Akupunterjatuh dan tak sadarkan diri.
Dalam ketidaksadaranku aku bertemu Victoria. Namun kali ini ia duduk disampingku. "Dari mana kita berasal? kemana kita akan pergi saat kita mati? Apa ini sudah ditakdirkan?" tanyaku pada Victoria. Dia masih diam. Mulutku tak mau berhennti bicara "Banyak orang bilang hidup ini singkat. Sekarang dan disini dan kita
cuma diberi satu kesempatan benarkah itu Victoria?" kali ini Victoria menjawab "Kini kau sudah mengerti semuanya. Aku akhirnya bisa merasakan kedamaian sekarang, Terima kasih Nicholas". Aku hanya diam mendengar jawaban Victoria. Tapi aku bersyukur karena dia merasa damai sekarang. Namun entah mengapa diriku merasa seakan-akan kehilangan sesuatu yang sudah menjadi bagian hidupku. Tiba-tiba Victoria berkata lagi "Tegarlah, beranilah, jangan menangisiku, karena aku takkan lama disini. Tapi kumohon jangan pernah lupakan kenangan tentang diriku " setelah mengucapkkan itu dia menghilang dan aku terbangun.
Akhirnya aku sadar bahwa Victoria sudah tenang disana. Berkat dia kini aku tak takut lagi pada
kematian. Karena aku percaya walaupun aku mati. Jiwaku akan selalu hidup. Mungkin aku takkan pernah menemukan jawaban dari semua misteri ini. Aku mungkin tak mengerti kenapa ini terjadi. Aku mungkin takkan pernah bisa membuktikan apa yang aku tahu. Tapi aku tahu aku masih bisa mencoba. Aku tahu Victoria nyata.
Dan akhirnya sekarang dia bisa merasakan kedamaian. Pikiranku yang selalu bertanya telah membantuku menemukan arti kehidupan ini. Dan sekarang aku disini. Semuanya sempurna sudah. Sekarang aku tinggal mencari kebenaran dari semua ini. Victoria sudah damai disana. Sekarang tinggal mencari kedamaian dalam diriku.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk pergi ke rumah hypnoterapis. "Aku ingin bebas dari semua ini. Tapi aku ingin tahu kebenaran dan maksud dari semua ini. Kumohon bawa aku ke peristiwa itu" pintaku pada hypnoterapis.
"Baiklah aku akan menolongmu Nicholas, tapi kau harus benar-benar fokus pada keinginanmu". Akupun memejamkan mataku. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Walau aku tahu Victoria takkan menghantuiku lagi. Tapi aku ingin tahu kebenarannya. Apakah kejadiannya benar benar sama seperti yang
dituliskan dikoran. Karena menurutku kisah itu banyak kejanggalannya.
"Kau kembali dikelilingi oleh cahaya putih. Biarkan dirimu melepaskan diri dari masa lalu dan menuju ke kehidupan sekarang. Ketika aku menyuruhmu membuka mata. Kau akan kembali ke masa kini, merasa damai dan segar. Buka matamu Nicholas" Aku terbangun untuk kesekian kalinya. "Bagaimana, kau sudah mengetahui
kebenarannya?" tanya sang hypnoterapis. "Ya, terima kasih banyak" jawabku singkat. Aku pulang dengan perasaan lega. Karena akhirnya aku mengetahui kebenarannya. Ternyata aku benar, koran itu sudah menceritakan hal yang salah. Aku mengendarai mobilku dan peristiwa sadis itu masih terbayang di pikiranku. Inilah kejadian yang sebenarnya terjadi pada Victoria.
.....Setelah mataku terpejam, kembali cahaya putih membawaku kedalam kenyamanan. Aku kembali ke masa lalu dan kali ini aku melihat Victoria terlihat bahagia. Dia memegang surat yang bertuliskan, "Ya aku juga masih
mencintaimu, bisakah kita bertemu di bukit tempat pertama kita bertemu? JULIAN ". Victoria berlari keluar rumahnya dan menuju ke tempat mereka pertama kali bertemu. Mereka bertemu secara rahasia. Mereka bertemu di rumah yang berada disamping vilaku pada masa kini. Tanpa mereka ketahui seseorang yang
marah dan terbakar cemburu tahu mereka bertemu. Edward datang membawa pistol. Mereka berdua terkejut.
Julian saking terkejutnya sampai ia menjatuhkan botol minuman dari saku jaketnya. Edward langsung mengarahkan pistol pada Julian. "Kakak apa yang kau lakukan?". "Kau masih belum sadar
Julian. Dan aku harus menyadarkanmu". Edward berkata tenang. "Maafkan aku kak, aku sudah hampir berubah" jawab Julian. "Edward hentikan itu"rengek Victoria. "Kau lebih memillih dia daripada aku, aku yang selalu ada untukmu ketika kau menangis. Dan kau lebih memilih pria yang tak tahu terima kasih ini?" bentak Edward.
"Maafkan aku Edward, tapi hatiku sudah menjadi millik Julian. Aku tak mau menghianatinya" Kata Victoria hampir saja air mata keluar dari mata indahnya. "Kakak sadarlah aku ini adikmu" pinta Julian. "DOOR" !!! Edward menembak Julian namun meleset. Edward kembali mengarahkan pistol pada Julian sambil berkata "Ya adik yang tidak tahu terima kasih" . Julian lari ke pojok kamar dan melemparkan barang-barang yangg ada pada Edward . Dia mengeluarkan pisau lipat dan melemparkannya pada Edward. Sementara itu Victoria hanya bisa
menangis dan menutupi matanya. Edward terkena lemparan pisau Julian. Tangannya berdarah. Dia semakin marah dan tanpa ampun menembak Julian dua kali tepat didadanya "DOOR DOOR" Julian jatuh ke lantai.
Victoria berteriak. Edward menghampiri Victoria sambil berkata "Buka matamu, Victoria" suara pistol kembali terdengar. Victoria terjatuh ke lantai disamping Julian. Edward terlihat kebingungan. Tiba-tiba dia mengambil kertas dan menuliskan sesuatu lalu ia selipkan ke saku Julian. "Dengan surat ini kau akan terlihat tanpa
harapan dan kehilangan". Bisiknya pada Julian yang sekarat. Lalu dia memegangkan pistol milliknya ke tangan Julian. Lalu ia berlari keluar dan melakukan perannya sebagai saksi seperti yang tertulis di koran. Setelah Edward pergi Julian yang sekarat dengan sisa tenaganya mendekati mayat Victoria dan berbisik padanya "Terakhir kalinya kita terbaring hari ini. Terakhir kalinya hingga kita memudar". Dia mengatakan kata-kata yang Victoria ucapkan pada diriku, kini aku tahu maksudnya. Dia meneteskan air matanya dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ketika tubuh mereka terbaring dan akhirpun mulai mendekat. Kulihat arwah mereka terbang ke angkasa. Mereka terlihat bahagia. Semua yang mereka takutkan menghilang. Dan semuanya kini menjadi jelas. Titik buram kini menjadi terang. Jiwa yang lama digantikan. Suara yang familiar terdengar....
Itulah kejadian yang sebenarnya terjadi pada Victoria. Aku mungkin tak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Namun dengan mengetahui hal ini. Rasa penasaranku terjawab. Kutemukan hidupku kembali. Aku akhirnya bebas sekarang. Aku bisa mempelajari hidupku dengan melihatmu Victoria. Terima kasih dan semoga
kita bertemu lagi suatu hari nanti. Aku mengendarai mobilku dengan nyaman. Aku sampai dirumah dan membaringkan tubuhku di sofa. Kuputar lagu dan mulai merasakan hidup bebasku.
"Tutup matamu dan mulailah merasa nyaman, ambil napas panjang dan lepaskan perlahan. Konsentrasi pada nafasmu, di setiap tarikan nafas kau akan merasa lebih nyaman. Bayangkan cahaya putih berada diatas kepalamu, fokus pada cahaya itu dan biarkan mengalir kedalam tubuhmu. Biarkan dirimu tenggelam lebih dalam
ke dalam pikiran yang paling nyaman. Sekarang saat aku menghitung dari 10 hingga 1 kau akan merasa lebih nyaman dan tenang. 10,9,8,7,6 kau akan masuk kedalam tempat dimana tak ada yang bisa melukaimu. 5,4,3,2 jika kau ingin kembali yang harus kau lakukan hanyalah membuka matamu 1"
Kata-kata hypnoterapis membuatku terlelap. Kini aku dikelilingi cahaya yang membuatku merasa nyaman. Tak ada ketakutan, tak ada rasa sakit. Pikiran alam bawah sadarku tiba-tiba mulai berputar dan membuatku terjatuh kedalam kehidupan di masa lalu. Tak ada yang terlihat nyata, aku mulai merasa kehilangan arah ketika kabut menyelimutiku. Dan ketika ku beranikan diri untuk melangkah lebih dekat. Perasaan aneh menghampiriku, sesuatunya mulai terlihat dan aku merasa melihat diriku sendiri di dalam layar. Aku bertemu wanita yang selalu datang dalam mimpiku. Kini aku tahu dia bernama Victoria. Dia hanya tersenyum padaku dan menghilang begitu saja. "Halo Victoria, senang bertemu denganmu teman".
Aku membuka mataku dan kulihat pemandangan rumah sang hypnoterapis. "Bagaimana keadaanmu Nicholas?" tanyanya. "Aku baik-baik saja, terima kasih" jawabku. "Apa aku boleh kembali lagi nanti" tanyaku. Dia tersenyum dan berkata "Tentu saja, silahkan datang hingga kau merasa bebas dan nyaman". Aku tersenyum dan sang hypnoterapis mengantarkanku hingga pintu depan.
Sensasi aneh pikiran bawah sadarku, relaksasi tanpa sadar yang kualami seakan seperti mimpi buruk yang indah. Aku tak sabar untuk segera melakukannya lagi. Setiap kali ku tutup mataku, selalu ada kejutan, ada kehidupan lain yang seakan menungguku. Namun sayang bagian akhir yang ingin kulihat selalu saja menghilang. Kuputuskan untuk kembali kerumah hypnoterapis. Dan kembali melakukan terapi itu. Sensasi yang sama itu membuatku nyaman. Kini aku berada dirumah yang selalu ada dimimpiku.
Aku masuk kedalam rumah itu, aku merasa sangat familiar dengan tempat ini walau aku tak pernah datang kesini sebelumnya. Ada jalan terang yang menunjukan sebuah kamar diujung tangga, udara dingin yang menusuk tulang tak menghalangi tekadku untuk melangkah kesana. Kubuka pintu kamar itu dan aku melihat Victoria di cermin. Wajahnya yang cantik dengan mata indah mulai nampak. "Hei, bisakah kau memberitahuku, mengapa aku ada disini ?" tanyaku padanya. Dia hanya diam membisu dicermin itu. Didalam matanya
yang indah aku bisa menebak kalau ada yang sedang ia sembunyikan. Dibalik wajah cantiknya ada sesuatu yang menghancurkan hatinya. Tiba-tiba ia berkata " Malam ini aku sudah mencari, perasaan yang merasuk dalam tubuhku. Malam ini aku telah mencari, sesuatu yang aku tahu mencoba membebaskan diri. Aku tak bisa menolong diriku. Aku merasa diriku keluar dari kepalaku. Dan membagi jiwaku menjadi dua ".
Apa maksudnya, apa arti kata-kata itu.
Tak sempat aku bertanya, dia kembali menghilang dan aku kembali ke duniaku. Mataku terbuka ke dunia nyata. Victoria seakan terus menyelimutiku bagai kabut yang bersinar. Kenapa harus aku? batinku ketika di perjalanan pulang. Kenapa kehidupan lain itu terus menghantuiku setiap hari?. Andai ku tahu cara kesana, aku akan kesana dan mencari tahu. Jika kubisa aku ingin tinggal lebih lama untuk mencari sesuatu yang aku sendiri tak tahu untuk apa. Ada sesuatu seperti kunci yang hilang, untuk bisa membuka pintu pikiranku. Kini aku terobsesi oleh misteri ini. Hari ini aku mencari, sesuatu yang tak mau pergi dariku. hari ini aku mencari sesuatu yang kutahu ingin merasa bebas. Aku tak bisa menolong diriku sendiri, aku merasa seperti diriku dibagi dua. Sungguh aneh, deja vu yang aneh. Tapi aku tak peduli, aku berharap bisa menemukan kebenarannya.
Semua yang ia lihat, aku sudah melihatnya. Semua yang ia dengar sudah tergores dari dulu di ingatanku. Seakan semuanya diucapkan melalui kata-kataku. Malam ini aku tahu siapa aku dan apa hubunganku dengan Victoria. Hal itu ku ketahui setelah ia datang kembali ke mimpiku malam ini. Apa yang aku ambil adalah sesuatu yang ia tinggalkan. Aku merasa kami berbagi satu keabadian dalam dua pikiran, yang terhubungkan oleh suatu benang tak berujung yang tak mungkin diputuskan. Ya aku adalah reinkarnasi Victoria. Meski sulit kuterima tapi tak bisa kupungkiri bahwa itu benar-benar nyata. Aku duduk diatas kasur ini sambil melamunkan diriku. Tapi misteri ini belum usai. Misteri mengapa ia menghantuiku. Dan aku harus mencari tahu lebih banyak lagi mengenai hal ini.
Sendiri di malam yang dingin ini. Aku masih memikirkan diriku bahwa aku adalah reinkarnasinya. Perasaan aneh itu terus menghantuiku. Aku ingin menemukan jawaban atas misteri yang kuimpikan. Aku selalu mendengar wanita menangis yang kini kutahu bahwa itu adalah suara Victoria. Tapi apa sesungguhnya arti dari semua itu??.
Dengan perasaan bercampur aduk, aku membanting pintu, dan memutuskan untuk menenangkan diri. Kupacu mobilku menuju ke bukit tempat biasa ku merenung saat hatiku gundah. Sampai di tempat itu kembali aku dikejutkan oleh pemandangan aneh. Di sebelah vila milikku ternyata ada sebuah rumah, rumah yang sama yang ada disetiap mimpi dan terapiku.
Aku memberanikan diri untuk masuk ke rumah itu. Aku bertemu dengan seorang tua yang kupikir bisa
kupercayai. Dia terlihat kesepian. Aku memulai percakapan dengannya. Aku bertanya padanya apakah dia mengenal gadis bernama Victoria. Dia bilang dia mengenalnya lalu dia bertanya padaku "Nak tahukah kau bahwa gadis itu terbunuh disini?" "Tragedi fatal ini sudah dibicarakan bertahun-tahun". Melalui pertanyaan tadi aku tahu bahwa Victoria telah mati. Hanya kenangannya yang bisa diceritakan oleh pria tua itu. Dia meninggal di usia yang
sangat muda. Dia tewas tanpa cinta, tanpa harapan. Tak ada kedamaian dalam pikirannya. Dia tewas secara brutal. Ketika malam mulai larut Aku mulai bisa menemukan jalan untuk mempelajari tragedi ini. Aku masih mencari jawaban atas misteri ini. Namun pria itu pergi dan meninggalkanku sendirian. Namun melihatku
kebingungan berdiri sendiri disana, dia kembali berkata padaku sebelum dia meninggalkan rumah itu "Kau akan tahu kebenarannya saat masa lalumu terulang".
Kini aku tahu Victoria telah dibunuh. Entah bagaimana ceritanya. Namun rumor itu masih beredar. Esok harinya aku yang masih kebingungan pergi lagi ke tempat hypnoterapis. Aku ingin tahu kebenaran dari kematian Victoria. Aku bertanya pada Hypnoterapis apa aku bisa tahu bagaimana diriku yang dulu bisa mati. Diapun
menyanggupinya. "Sekarang saatnya mengetahui bagaimana kau mati. Tapi ingat kematian bukanlah akhir tapi
hanya sebuah transisi" . Kalimat itu yang kudengar terakhir kali sebelum aku terlelap.
Kembali aku berada diantara cahaya yang membawaku kembali lagi ke masa lalu. Kali ini aku dibawa ke sebuah rumah yang sekali lagi sangat familiar bagiku. Tak ada siapapun disitu. Aku hanya melihat sebuah koran tergeletak di sebuah meja. Aku mengambil koran itu dan mulai membacanya. Koran tahun 1928 ini memberitakan sebuah peristiwa pembunuhan sadis.
HEADLINE
Pembunuhan, seorang gadis terbunuh. Dia ditembak di bukit Echo. Akhir yang mengerikan pembunuhnya tewas, diduga dia bunuh diri. Seorang saksi mendengar sebuah teriakan. Dia berlari dan menemukan seorang gadis terbujur kaku di lantai. Di sampingnya berdiri seorang pria, gugup, terguncang, pistol ada ditangannya.
Saksi tersebut berkata kalau dia mencoba membantunya. Namun dia mengarahkan pistol pada dirinya sendiri dan menarik pelatuknya. Tubuhnya jatuh disamping tubuh gadis yang malang itu. Setelah berteriak sia-sia saksi
tersebut berlari mencari bantuan. Sebuah akhir tragis untuk sebuah kisah cinta. Setelah itu kami mencoba melakukan penyelidikan. Perbuatan mereka sudah terlalu jauh. Gadis itu menginginkan cinta yang tulus. Namun pelaku punya rencana lain. Dia terperangkap di jalan yang salah. Gadis itu sudah membiarkan pelaku terpuruk. Menurut saksi gadis itu berkata " Aku tak bisa mencintai pria jahat". Gadis itu mungkin bisa memaafkan si pelaku jika ia berusaha untuk berubah. Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah pertemuan mereka yang fatal sudah direncanakan??.
Ada banyak kejanggalan pada kejadian itu. Banyak bukti mengarah kesitu. Saksi berkata kalau dia menemukan pisau lipat di tanah. Apakah korban tidak waspada, apa ia tidak menyadarinya?. Kami melanjutkan penyelidikan dan kami menemukan adanya surat di saku pelaku. Kami beranggapan bahwa itu adalah surat bunuh diri yang sengaja ia tinggalkan.
Setelah selesai membaca koran ini aku tahu bahwa Victoria dibunuh oleh kekasihnya sendiri. Dengan ini aku tahu bahwa Victoria menginginkan aku untuk mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada malam pembunuhannya. Sekarang tinggal beberapa potongan teka-teki yang harus kutemukan. Secepatnya aku akan
membuat diriku terlepas dari kehidupan ini. Pengembaraanku sudah sangat jauh sekarang. Apa yang sudah aku lalui membuat diriku mengerti siapa diriku sebenarnya. Semua yang sudah kupelajari telah membawaku melampaui kehidupan ini.
Aku kembali terbangun dari terapiku. "Bagaimana apa kau sudah puas?" tanya hypnnoterapis. "belum, tapi kini aku mulai mengerti, terima kasih". "Aku akan datang lagi nanti" aku berkata untuk memberitahunya. "Ya, aku akan selalu siap membantumu" jawabnya sambil mengantarku keluar dari rumahnya.
Malam harinya, aku masih belum bisa tidur nyaman. Malam itu kuputuskan kalau besok aku akan mencari tahu siapa Victoria yang sebenarnya. Dan aku berharap bisa menemukan banyak petunjuk ketika aku mengetahui siapa sebenarnya dia. Esok harinya aku berkelana mencari tahu rumah Victoria. Kutemukan rumahnya namun penghuninya sudah bukan keluarganya lagi. Akupun mencoba bertanya dimana aku bisa mengunjungi kuburannya. Seorang pria menunjukan pemakaman yang tak jauh dari sini. Aku segera memacu mobilku ke
pemakaman tersebut. Setelah mencari - cari karena banyak sekali batu nisan disana. Akhirnya kutemukan nisan bertuliskan Victoria Page.
Entah mengapa tiba-tiba hatiku terasa disayat-sayat ketika ku menemukan makamnya. Di batu nisan itu banyak pesan berisi kenangan tentang Victoria. Dari tulisan tersebut aku tahu bahwa Victoria gadis muda bermata hijau kecoklatan yang indah menawan. Selain cantik dia juga sangat ramah kepada semua orang
yang dikenalnya. Tapi kenapa?. Kenapa dia tak pernah diberi kesempatan.
Aku membayangkan dirinya ketika ia terbunuh. Dimalam bulan purnama dia mengorbankan dirinya tanpa perlawanan. Korban dari keadaan. Sekarang aku sadar dan setelah aku mengekspos tragedi ini, kesedihan merasuk kedalam tubuhku. Semua ini terlihat tak adil baginya. Aku bisa mempelajari hidup ini dengan memandang matanya. Banyak rumput yang tumbuh disekitar makamnya. Aku kembali membaca tulisan yang ada di batu nisannya. Kali ini aku merasa seperti akan mati lemas. Dia masih sangat polos, mataku terbuka lebar. Aku merasa hampa sekarang dan air mataku tiba-tiba menetes, karena aku merasa bagian dari diriku telah mati bersama Victoria. Dan ketika bayangan Victoria merasuk ke dalam kepalaku aku menangis seperti bayi. Dan kini aku tahu bagaimana rasanya. Rasanya seperti kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Perasaanku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Dia tak pernah diberi pilihan. Keputusasaan telah merenggut kebahagiaanya.
Ini terasa sungguh tak adil. Aku sudah diberi banyak dalam hidup ini. Aku punya istri yang setia, aku punya anak yang lucu, aku masih bisa bernafas diusiaku yang sekarang. Sementara dia gadis yang polos, cantik, baik tak pernah bisa mendapatkan kebahagiaan. Apakah itu adil?? Tanyaku pada diri sendiri. Aku merasa menderita untuk terakhir kalinya karena berduka cita atas dirinya. Aku pun mengucapkan selamat tinggal pada Victoria. Aku pergi dari pemakaman itu.
Kejadian ini membuatku bisa melepaskan kesedihan masa laluku. Kini aku tahu siapa diriku sebelumnya.
Dalam perjalananku untuk pulang aku terus memikirkan dirinya. Sekarang pintu pikiranku telah terbuka lebar. Aku akan terus mencari tahu kebenarannya agar dia damai di alam sana. Karena kedamaianya adalah kedamaianku juga.
Malam harinya aku masih dihantui Victoria. Namun dalam mimipiku seakan dia menyuruhku untuk pergi ke rumah kekasihnya. Ketika aku terbangun esok paginya,setelah pulang kerja aku langsung memacu mobilku untuk mencari rumah kekasih Victoria. Dan tanpa terduga ternyata rumah kekasihnya adalah rumah yang pernah aku kunjungi dalam terapiku. Rumah dimana ada sebuah koran yang menceritakan pembunuhan Victoria. Aku masuk ke rumah itu. Namun didalam rumah itu tak ada siapa-siapa. Aku berdiri sendiri disana. Aku melihat-lihat
sekeliling. Ada kamar bertuliskan Julian di pintunya aku masuk kesana. Tiba-tiba aku merasa aneh. Perasaan aneh seperti yang kualami ketika melakukan terapi. Dan tiba-tiba pemandangan kamar itu berubah. Dari yang
awalnya kotor kosong, kini ada seorang pria muda yang wajahnya terlihat menderita. Kamarnya berantakan disamping tempat tidurnya terdapat banyak minuman keras. Bahkan ada beberapa pil obat yang terbungkus plastik ditempat tidurnya. Dia meminum obat itudan dia terlihat senang. Aku mencoba mendekat, ternyata dia
meminum obat-obatan terlarang. Apakah dia pria yang dicintai Victoria yang sekaligus membunuhnya. Kini aku mengerti mengapa Victoria menyampakkannya. Kelakuannya inilah yang membuat siapapun tak betah bersamanya.
Tiba-tiba pria kurus itu berbicara sendiri. "Victoria maafkan aku. Obat-obatan itu membuatku melayang. Diriku terikat oleh itu dan aku terlalu lemah. Nestapa ini begitu abadi. Sisi burukku telah menjatuhkanku. Tolong aku tak bisa keluar dari cengkraman kebiasaan ini. Tolong keluarkan aku. Aku ingin berhenti'' katanya sambil
memegang foto gadis yg kutahu itu adalah Victoria. "Tolong hentikan ini, aku ingin berhenti." . Lalu dia mengobrak-abrik semua minuman dan obat yang ada dikamarnya. Aku berpikir kalau dia ingin menghentikan kecanduannya. Apakah ia berhasil? Apakah itu yang membuat Victoria mau menemuinya lagi? .
Kembali pemandangan berubah aku terjatuh dan diseret ke kamar lainnya. Kamar yang ini bersih berbanding
terbalik dengan kamar Julian. Di pintunya tertulis nama Edward. Di kamar itu ada seorang pria yang cukup tampan dan sepertinya dia kakak dari Julian. Dari arah belakangku seorang gadis masuk sambil menangis. Gadis itu Victoria. Dia menemui Edward dan dan duduk disampingnya. Edward berkata pada Victoria "Akan ada cinta baru yang lahir untuk setiap sesuatu yang telah mati". Victoria terlihat bahagia, ketika bersamanya. Apakah Victoria jatuh cinta padanya?.
Pemandangan kembali berubah. kali ini aku masih tetap di kamar Edward. Namun kamarnya sudah kosong. Hanya ada sebuah buku. Pikiranku yang penasaran menyuruhku untuk membaca isi buku itu. Kulihat sampulnya. Disitu tertulis "Milik Edward Baynes" Aku membukanya hanya ada beberapa lembar yang berisi tulisan. Berikut tulisannya
Aku tak pernah berpikir kalau aku bisa melanjutkan hidup ini . Tapi aku bisa melawan diriku sendiri. Tak peduli seberat apapun ku mencoba. Menjalani hidup mereka adalah membuat mereka tak tahu dimana mereka berada. Aku ingin menjadikannya istriku. Godaan manisnya membuatku terpanggil untuk pulang. Pulang ke rumah dimana aku melakukannya. Rumahku adalah tempat dia seharusnya berada. Kecanduan yang dialami Julian berarti banyak untukku. Meski harus menipu saudaraku sendiri. Victoria menatapku dan tersenyum padaku. Dia membawaku pulang ke rumah. Kumohon tolong, Julian saudaraku tapi aku mencintai Victoria. aku tak bisa terlepas dari sentuhannya. Penipuan, memalukan. Itulah yang membawaku kembali ke rumahku
Itulah tulisan yang ada pada buku itu. Jadi Victoria berselingkuh dengan Edward, saudaranya sendiri ia curangi. Cinta segitiga yang berakhir tragis pikirku. Ya aku mulai mengerti kisah Victoria inilah kuncinya yang akan membuka teka-teki yang ada di mimpiku. Memecahkan misteri ini adalah segalanya. Karena itu sudah menjadi bagian hidupku. Tolong, obesesi ini membuatku tak bisa lepas dari Victoria. Aku keluar dari kamar itu tanpa ragu. Aku tahu rumah ini menyimpan banyak cerita. Aku kembali ke ruang tengah.
Hal ini belum cukup untuk mengakhiri semua ini. Dari semua bukti yang terkumpul. Ada seseuatu
yang masih hilang. Beberapaa rumor yang beredarpun belum bisa membantuku. Apakah Victoria menyakitinya? Apakah dia benar-benar menyampakkannya?. Tiba - tiba Victoria berkata dari dalam kepalaku "Terakhir kalinya kita akan terbaring hari ini. Terakhir kalinya hingga kita mulai memudar" kembali kata-kata tak berarti keluar dari
mulutnya aku sama sekali tak mengerti artinya. Apa yang ia maksud untuk terakhir kalinya?
Aku masih berada di rumah Julian. Disini banyak menyimpan petunjuk atas kecurigaanku. Banyak yang masih belum ku mengerti dari kisah cinta segitiga ini. Apakah benar Victoria terbunuh seperti yang diberitakan di koran?. Aku masih berdiri di ruang tengah dan kembali aku disuguhi pemandangan yang terus berubah. Entah ini
semua hanya bayanganku saja atau Victoria mencoba membantuku dari dalam diriku. Sekarang aku disuguhi sesuatu yang sudah kuketahui. Sesuatu yang selalu kualami. Kejadian yang kebetulan ini tak bisa kupercaya . Bagai mimpi masa kecilku perlahan menjadi nyata. Apakah ini ingatan Victoria ? Kenapa semuanya serba sama, apa karena aku reinkarnasinya?
Pemandangan kembali berubah. Rumah ini kembali ke kehidupan di tahun 1928. Sebuah pintu terbuka. Aku berjalan melalui pintu itu dan kembali aku masuk ke kamar Julian. Kedinginan kembali merasuk kedalam tubuhhku dan dinginnya sama seperti udara diluar sana. Tiba-tiba tembok kamar tersebut menghilang. Kudengar suara seorang gadis berteriak dan seorang pria memohon pengampunan. Namun kata-katanya tak bisa kudengar. Akupunterjatuh dan tak sadarkan diri.
Dalam ketidaksadaranku aku bertemu Victoria. Namun kali ini ia duduk disampingku. "Dari mana kita berasal? kemana kita akan pergi saat kita mati? Apa ini sudah ditakdirkan?" tanyaku pada Victoria. Dia masih diam. Mulutku tak mau berhennti bicara "Banyak orang bilang hidup ini singkat. Sekarang dan disini dan kita
cuma diberi satu kesempatan benarkah itu Victoria?" kali ini Victoria menjawab "Kini kau sudah mengerti semuanya. Aku akhirnya bisa merasakan kedamaian sekarang, Terima kasih Nicholas". Aku hanya diam mendengar jawaban Victoria. Tapi aku bersyukur karena dia merasa damai sekarang. Namun entah mengapa diriku merasa seakan-akan kehilangan sesuatu yang sudah menjadi bagian hidupku. Tiba-tiba Victoria berkata lagi "Tegarlah, beranilah, jangan menangisiku, karena aku takkan lama disini. Tapi kumohon jangan pernah lupakan kenangan tentang diriku " setelah mengucapkkan itu dia menghilang dan aku terbangun.
Akhirnya aku sadar bahwa Victoria sudah tenang disana. Berkat dia kini aku tak takut lagi pada
kematian. Karena aku percaya walaupun aku mati. Jiwaku akan selalu hidup. Mungkin aku takkan pernah menemukan jawaban dari semua misteri ini. Aku mungkin tak mengerti kenapa ini terjadi. Aku mungkin takkan pernah bisa membuktikan apa yang aku tahu. Tapi aku tahu aku masih bisa mencoba. Aku tahu Victoria nyata.
Dan akhirnya sekarang dia bisa merasakan kedamaian. Pikiranku yang selalu bertanya telah membantuku menemukan arti kehidupan ini. Dan sekarang aku disini. Semuanya sempurna sudah. Sekarang aku tinggal mencari kebenaran dari semua ini. Victoria sudah damai disana. Sekarang tinggal mencari kedamaian dalam diriku.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk pergi ke rumah hypnoterapis. "Aku ingin bebas dari semua ini. Tapi aku ingin tahu kebenaran dan maksud dari semua ini. Kumohon bawa aku ke peristiwa itu" pintaku pada hypnoterapis.
"Baiklah aku akan menolongmu Nicholas, tapi kau harus benar-benar fokus pada keinginanmu". Akupun memejamkan mataku. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Walau aku tahu Victoria takkan menghantuiku lagi. Tapi aku ingin tahu kebenarannya. Apakah kejadiannya benar benar sama seperti yang
dituliskan dikoran. Karena menurutku kisah itu banyak kejanggalannya.
"Kau kembali dikelilingi oleh cahaya putih. Biarkan dirimu melepaskan diri dari masa lalu dan menuju ke kehidupan sekarang. Ketika aku menyuruhmu membuka mata. Kau akan kembali ke masa kini, merasa damai dan segar. Buka matamu Nicholas" Aku terbangun untuk kesekian kalinya. "Bagaimana, kau sudah mengetahui
kebenarannya?" tanya sang hypnoterapis. "Ya, terima kasih banyak" jawabku singkat. Aku pulang dengan perasaan lega. Karena akhirnya aku mengetahui kebenarannya. Ternyata aku benar, koran itu sudah menceritakan hal yang salah. Aku mengendarai mobilku dan peristiwa sadis itu masih terbayang di pikiranku. Inilah kejadian yang sebenarnya terjadi pada Victoria.
.....Setelah mataku terpejam, kembali cahaya putih membawaku kedalam kenyamanan. Aku kembali ke masa lalu dan kali ini aku melihat Victoria terlihat bahagia. Dia memegang surat yang bertuliskan, "Ya aku juga masih
mencintaimu, bisakah kita bertemu di bukit tempat pertama kita bertemu? JULIAN ". Victoria berlari keluar rumahnya dan menuju ke tempat mereka pertama kali bertemu. Mereka bertemu secara rahasia. Mereka bertemu di rumah yang berada disamping vilaku pada masa kini. Tanpa mereka ketahui seseorang yang
marah dan terbakar cemburu tahu mereka bertemu. Edward datang membawa pistol. Mereka berdua terkejut.
Julian saking terkejutnya sampai ia menjatuhkan botol minuman dari saku jaketnya. Edward langsung mengarahkan pistol pada Julian. "Kakak apa yang kau lakukan?". "Kau masih belum sadar
Julian. Dan aku harus menyadarkanmu". Edward berkata tenang. "Maafkan aku kak, aku sudah hampir berubah" jawab Julian. "Edward hentikan itu"rengek Victoria. "Kau lebih memillih dia daripada aku, aku yang selalu ada untukmu ketika kau menangis. Dan kau lebih memilih pria yang tak tahu terima kasih ini?" bentak Edward.
"Maafkan aku Edward, tapi hatiku sudah menjadi millik Julian. Aku tak mau menghianatinya" Kata Victoria hampir saja air mata keluar dari mata indahnya. "Kakak sadarlah aku ini adikmu" pinta Julian. "DOOR" !!! Edward menembak Julian namun meleset. Edward kembali mengarahkan pistol pada Julian sambil berkata "Ya adik yang tidak tahu terima kasih" . Julian lari ke pojok kamar dan melemparkan barang-barang yangg ada pada Edward . Dia mengeluarkan pisau lipat dan melemparkannya pada Edward. Sementara itu Victoria hanya bisa
menangis dan menutupi matanya. Edward terkena lemparan pisau Julian. Tangannya berdarah. Dia semakin marah dan tanpa ampun menembak Julian dua kali tepat didadanya "DOOR DOOR" Julian jatuh ke lantai.
Victoria berteriak. Edward menghampiri Victoria sambil berkata "Buka matamu, Victoria" suara pistol kembali terdengar. Victoria terjatuh ke lantai disamping Julian. Edward terlihat kebingungan. Tiba-tiba dia mengambil kertas dan menuliskan sesuatu lalu ia selipkan ke saku Julian. "Dengan surat ini kau akan terlihat tanpa
harapan dan kehilangan". Bisiknya pada Julian yang sekarat. Lalu dia memegangkan pistol milliknya ke tangan Julian. Lalu ia berlari keluar dan melakukan perannya sebagai saksi seperti yang tertulis di koran. Setelah Edward pergi Julian yang sekarat dengan sisa tenaganya mendekati mayat Victoria dan berbisik padanya "Terakhir kalinya kita terbaring hari ini. Terakhir kalinya hingga kita memudar". Dia mengatakan kata-kata yang Victoria ucapkan pada diriku, kini aku tahu maksudnya. Dia meneteskan air matanya dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ketika tubuh mereka terbaring dan akhirpun mulai mendekat. Kulihat arwah mereka terbang ke angkasa. Mereka terlihat bahagia. Semua yang mereka takutkan menghilang. Dan semuanya kini menjadi jelas. Titik buram kini menjadi terang. Jiwa yang lama digantikan. Suara yang familiar terdengar....
Itulah kejadian yang sebenarnya terjadi pada Victoria. Aku mungkin tak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Namun dengan mengetahui hal ini. Rasa penasaranku terjawab. Kutemukan hidupku kembali. Aku akhirnya bebas sekarang. Aku bisa mempelajari hidupku dengan melihatmu Victoria. Terima kasih dan semoga
kita bertemu lagi suatu hari nanti. Aku mengendarai mobilku dengan nyaman. Aku sampai dirumah dan membaringkan tubuhku di sofa. Kuputar lagu dan mulai merasakan hidup bebasku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar