Kamis, 14 November 2013

Cerpen ; Ku Tunggu Kau Di Surga

Panas yang menyengat membuat bunga - bunga di taman kota terlihat lesu. Para polisi pun sibuk mengatur jalannya lalu lintas kota. Kendaraan-kendaraan saling berebut untuk mendahullui dan matahari yang menyengatpun semakin menambah panas jiwa mereka. Di ujung jalan dibangku taman kota Vani duduk dan membuka tasnya lalu memeriksa skripsi yang telah ia kerjakan dan siap diujikan. Diambilnya earphone dan ia mullai mendengarkan alunan musik dari handphone sembari membolak-balik halaman demi halaman.
Sementara itu ditengah kota yang tak jauh dari taman tersebut Revan keluar dari sekolah dengan wajah lesu, sambil memaki tak jelas. "sialan nih guru, masa mesti buat lagi, padahal cuma salah sedikit, mana ga dikasih tau gimana yang betul " ucapnya sambil menunjuk-nunjuk laporan miliknya. Dia pergi ke tempat ia memarkir mobilnya lalu menjalankannya menuju taman kota.
sesampainya di taman ia segera menuju ke tempat duduk dimana Vani yang sedang memeriksa skripsi tadi duduk. Dia duduk tanpa memperhatikan wanita disampingnya. Dalam hati Vani berkata "dasar cowo sekolahan, ga permisi ga apa langsung maen duduk aja". Keheningan diantara mereka akhirnya terpecahkan karena Revan berteriak " ah sialan, dasar guru payah, ga tau apa uang gue udah habis, payah". "mas bisa tenang ga??" tiba-tiba Vani bertanya padanya. "enak aja gue dipanggil mas, emang gue udah tua" jawab Revan. "ye, nanyanya sante, kok situ nyolot sih". Sesaat dalam hati Revan ingin membalas sindiran wanita itu, namun ia teringat pada kata-kata ibunya yang sudah meninggal bahwa semua hal yang dilakukan,dan dikatakan dalam keadaan marah pasti hasilnya ga bagus mending diam aja. Revan memutuskan untuk diam. Sampai akhirnya ia tertarik dengan sesuatu yang dari tadi dibaca wanita itu. "Mba lagi baca apaan?" tanyanya. Vani tidak menghiraukan pertanyaan Revan, dia hanya diam sambil terus membaca skripsinya. "yah tadi gue teriak-teriak mbanya sewot, sekarang gue nanya baik-baik mbanya malah diem ga ngerespon" ucap Revan dengan sedikit kesal. "lagi baca sambil meriksa skripsi, emang mau bantuin?? " jawabnya sambil melepas earphonenya. "oh skripsi, yah gue sih ga bisa bantuin, buat laporan aja salah mulu" jawabnya sambil memperlihatkan laporannya yang salah. "laporan apaan emang, sini gue periksa, ya kali aja bisa bantu". "wah beneran mba, selain cantik mba baik juga ya," ucap Revan sambil memberikan laporannya pada Vani. Vani lalu memeriksa laporan Revan dan menjelaskan bagaimana cara membuat laporan yang benar pada Revan. "oh jadi mesti kayak gitu ya mba, eh mba namanya siapa sih??" tanya Revan. Vani menjawab sambil memeberikan skripsinya pada Revan "tuh baca aja sendiri" di skripsi tersebut tertulis nama Leana Geovani. "wah namanya keren, ambil darimana mba?, kenalin gue Revan Sullivan". "mana gue tahu, gue lahir nama itu udah ada di diri gue" jawab Vani. "oh ya panggilnya Vani aja ya". "wah udah jam 3 gue mau ke kampus, sini skripsinya" sambil meminta skripsinya. "yah, yah kok pergi sih, minta nomer hapenya dong mba?" pinta Revan sambil mengembalikan skripsi tadi. "buat apaan?". "ya barangkali aja laporan gue salah lagi kan bisa sms mba". Setelah diam sebentar akhirnya Vani memberikan nomernya pada Revan

Selanjutnya mereka sering sekali bertemu di tempat itu. Terkadang Revan datang sambil membawa buku pelajaran dan menanyakan sesuatu yang dia tidak mengerti pada Vani. Vani pun tak canggung untuk mengajari semua yang ia bisa. Karena memang sifat Vina yang suka menolong dan tak tega melihat orang lain susah walaupun dirinya sendiri sudah dianggap sekarat oleh dokter karena kanker yang dideritanya. Namun hal itu selalu ia sembunyikan dari siapapun. Hingga suatu hari di tempat itu Revan mengatakan sesuatu yang tidak pernah Vani duga. "mba udah punya pacar belum??" tanya Revan. Pertanyaan seperti ini yang selalu ia khawatirkan "udah" jawabnya singkat. "yah..." "udah putus lama, maksudnya hehehe" sambung Vani sebelum Revan melanjutkan perkataanya. "eh yang bener mba, boleh dong kalau aku ngelamar jadi pacar mba?" tanya Revan sambil tersenyum "ga mau" jawab Vani singkat. "yah mba mau yah mau yah, aku udah suka sama mba nih dari pertama kita ketemu" kata Revan sambil memegang jari-jari Vani. "gue bakal ngelakuin apapun biar bisa jadi pacar mba deh" kata Revan lagi, genggamannya semakin erat. Dalam hati Vani juga menyadari kalau hatinya memang sudah kepincut sama Revan, yang boleh dibilang wajahnya diatas standar orang ganteng lah. Ditambah sepertinya dia anak orang kaya. Namun otaknya seakan menyuruhnya untuk menahan rasa itu. Bukan karena apa tapi Vani tidak mau membuat orang yang mencintainya nanti bersedih karena harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah sekarat. Karena kebingungannya dia akhirnya memberikan sebuah syarat pada Revan "oke gue mau jjadi pacar loe, tapi loe mesti lulus dengan nilai yang bagus, ga boleh ada nilai 7. Dan mulai hari ini kita ga boleh ketemu sampai kamu lulus". "tapi sms atau nelpon bolehkan" jawab Revan menanggapi syarat yang diajukan Vani. " iya boleh deh" jawab Vani santai.

Sejak hari itu mereka tidak pernah bertemu lagi namun masih saling berkomunikasi. Revan semakin giat belajar dia juga mengikuti les-les pelajaran. Karena memang dia sangat mencintai Vani. Baginya Vani sudah seperti malaikat penolong dalam hidupnya hingga ia rela melakukan apapun untuknya. Namun tanpa ia sadari Vani punya rencana lain yang tak pernah disangka oleh Revan.

2 bulan berlalu, Revan sudah menerima hasil ujiannya. Dia buka amplop dengan perlahan dan terllihat tulisan LULUS dia terlihat bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Dia melihat papan pengumuman dan melihhat nilai ujiannya. Ternyata dia berhasil memenuhi syarat yang diajukan Vani. Di menarik kertas tadi dan segera pergi ke taman kota.
Namun tak seperti yang ia harapkan Vani tak ada disitu. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Benar saja Vani mengirim sms padanya "maafin gue Van, mungkin pas loe baca sms ini loe udah lulus dan dapat nilai yang sesuai syarat gue. Tapi pas loe baca sms ini juga, artinya gue udah pergi jauh, maaf ya jujur gue emang cinta sama loe tapi gue ga pantes sama loe, ada sesuatu yang gue sembunyiin dari loe dan gue ga mau loe menderita karena gue. Tapi kalo tuhan ngijinin gue bakal balik kesitu kok .... Bye bye Revan

P.S : percuma loe mau nelpon atau sms gue, gue ga bakal jawab dan gue mohon loe harus lupain gue

Setelah membaca sms Vani, hati Revan seakan disayat sembilu. Namun dia berkata pelan "gue bakal nunggu loe disini mba". Esok harinya Revan datang ke taman lagi sambil membawa kertas berisi foto Vani dan dibawah foto itu tertulis "kalo anda melihat gadis ini, bisakah anda beritahu dia dimana aku berada". Dia berdiri di tengah taman dan membagikan kertas tadi pada pengunjung taman yang lewat.
Satu minggu dia tetap di taman itu, bahkan ia tidur didalam mobilnya di taman itu. Melihat hal itu polisi yang bertugas mendatanginya dan berkata "nak kau tak boleh terus disini" "aku sedang menunggu seseorang pak, tak peduli itu sehari lagi, seminggu atau seabad aku akan tetap disini. Walaupun langit Indonesia ini mennurunkan hujan atau salju aku akan tetap disini" jawab Revan wajahnya mulai tampak menderita karena ada lubang yang besar dihatinya. Mendengar jawaban itu polisi tadi pun tak bisa melarangnya dan memutuskan pergi.
Revan berpikir bila dia terus disini dia bisa masuk di berita tv dan Vani akan melihatnya lalu dia datang ke taman itu. Pemikirannya benar banyak stasiun tv meliputnya dan memberi judul berita "Pemuda Yang Tak Mau Pergi".
Di rumah sakit yang jauh dari taman tempat Revan menunggu. Vani melihat berita itu dan berkata dalam hati " Loe bodoh Van, tapi karena kebodohan loe, gue bakal kesana". Vani pergi dari rumah sakit diam-diam dan pergi ke stasiun kereta dan berniat untuk kembali pada Revan.

Beberapa jam kemudian Vani sampai di seberang jalan taman itu. Dia melihat Revan masih berdiri dan membagikan kertas pada orang-orang. "Revan Revan" teriak Vani. Revan terkejut melihat Vani diseberang jalan. Dia mengambil kertas nilai ujiannya dan berlari menuju seberang jalan. Tanpa ia sadari ada mobil melaju kencang dan menabraknya dengan keras. Revan terlempar ke jalanan. Semua orang berteriak dan menengok hampir bersamaan. Vani berteriak dan berlari menuju Revan. Dia memeluk Revan yang berlumuran darah. Tiba-tiba Revan berkata "makasih mba udah mau kembali kesini, nih hasil ujian gue, gue lulus mba". "diam Van udah jangan ngomong lagi, gue yang bodoh, gue yang salah" ucap Vani sambil menangis. "jangan nyalahin diri sendiri mba, mba juga ga bodoh kok, mba lulus kan udah jadi sarjana kan?. Terus lanjutin hidup ini ya mba, wah udah mulai dingin nih mba.." Revan mulai sekarat. "iya gue udah jadi sarjana, dan loe udah resmi jadi pacar gue" kata Vani setengah menangis dan tersenyum. "siip mba, semoga kita bisa ketemu di surga ya, makasih mba udah mau kembali buat aku" setelah mengucapkan kata tersebut Revan tersenyum dan menghembuskan nafas terakhirnya. "Pasti kita ketemu disurga, ga lama lagi, tunggu aku disana ya Van" lalu Vani memeluk erat Revan sambil menangis.

Dua minggu kemudian Vani meninggal dunia karena penyakitnya. Dia dikuburkan disamping makam Revan dan terbang ke surga untuk kembali pada Revan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Avenged Sevenfold

Avenged Sevenfold